F20 Skizofrenia: Psikologis Menurut Pandangan Medis, Apa Itu?

F20 Skizofrenia: Psikologis Menurut Pandangan Medis, Apa Itu?

Thefoodchampions – Dalam dunia medis atau psikiatri, F20 Skizofrenia bukan hanya sebuah kode acak yang diciptakan dengan cara asal. Namun F20 merujuk pada gangguan mental paling rumit, sering disalah pahami oleh orang banyak. Menurut “Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD-10)” atau WHO, kode itu resmi untuk penyakit mental “skizofrenia.” Gangguan kronis yang mempengaruhi cara seseorang berfikir, merasakan, bahkan tingkah laku.

Nah, pada peluang kali ini kita akan bahas lebih dalam tentang skizofrenia, berdasarkan pandangan medis. Bagaimana cara membedakan aspek psikologis, serta menjelaskan diagnosis, gejala, maupun penanganan tepat. Lalu, akan kita lanjut pada faktor resiko yang dapat tingkatkan kemungkinan seseorang terkena gangguan F20. Jadi, tak perlu tunggu lama, mari kita mengupas peran dalam proses pemulihan bagi penderita!

Psikologis F20 Skizofrenia, Apa Sih Itu?

Mari kita mulai dari pengertian psikologis F20 skizofrenia. F20 adalah penyakit mental berat yang dapat mengacau dalam hidup seseorang. Kebanyakan penderita alami halusinasi, delusi, pikiran kacau, bahkan sampai tingkah laku yang tidak teratur. Ini bukan soal “gila”, layak-nya stigma umum sering kita dengar saat seseorang dengan tingkah laku tak pantas. F20 aslinya jauh lebih rumit, dan sangat menantang dunia medis dalam menangganinya.

1. Definisi Klinis

Berdasarkan ICD-10, kode F20 digunakan untuk penyakit gangguan mental skizofrenia pada pasien. Ditandai dengan fundamental pada cara berfikir maupun dalam persepsi, perasaan sudah tidak kuat atau telah tumpul. Wawasan diri terganggu, hingga mengacau fungsi sosial dan dunia kerja penderita.

2. Mitos atau Fakta?

Mitos, setiap pasien F20 skizofrenia itu benar-benar membahayakan, namun fakta yang ada, banyak penderita tidak agresif, mala lebih rentan jadi korban. Selain itu, F20 juga disebut memiliki kepribadian ganda, padahal hal itu merupakan gangguan yang tak sama, (DID – Dissociative Identity Disorder).

Gejala-Gejala Umum F20 Skizofrenia

Penyakit mental skizorenia paranoid F20 tidak muncul begitu saja, lho. Menurut WHO, ciri-ciri F20 paranoid dibagi menjadi tiga jenis, mulai dari positif, negatif, hingga terakhir kognitif. Masing-masing gejala sangat berbeda, dapat muncul dengan cara perlahan, sering kali tidak disadari telah sampai fase akut. Nah, demi mencegah hal-hal buruk yang tidak kita inginkan, mari kita cari tahu lebih dalam, apa saja sih ciri-ciri skizofrenia paranoid:

1. Positif:

  • Halusinasi – Mendengar suara-suara tak nyata, padahal tidak pernah ada. 
  • Delusi – Sangat yakin akan hal yang tidak sesuai kenyataan, misalnya merasa diawasi oleh orang lain terus-menerus. 
  • Pikiran Kacau – Sulit dalam merangkai kalimat logis, sebenarnya mudah dipahami dengan jelas oleh orang lain.

2. Negatif:

  • Tidak Semangat – Penderita sering kali kehilangan dorongan untuk lakukan aktivitas sehari-hari, padahal dia sangat suka sebelumnya. Menjadikan para penderita tampak pasif atau acuh pada lingkungan sekitar. 
  • Tidak Mampu Ekspresikan Emosi – Emosional ditampilkan cenderung datar, tidak sesuai konteks bahkan bisa sama sekali tidak tampak. Tidak menunjukan rasa senang saat mendengar kabar baik maupun tidak menangis meski sedang berduka. 
  • Menarik Diri Dari Interaksi Sosial – Banyak penderita psikologis F20 skizofrenia menghindari hubungan sosial dengan orang banyak. Ada banyak alasan yang mungkin terjadi, dari merasa tidak nyaman, curiga, dan tak mampu ikuti percakapan normal. Hingga akhir-nya, isolasi sosial menjadi hal umum, perlahan memperburuk keadaan mental penderita.

3. Kognitif:

  • Konsentrasi Terganggu – F20 skizofrenia sering alami sulit untuk mempertahankan fokus pada satu tugas maupun saat berbincang. Membuat aktivitas sehari-hari menjadi tantangan, baik itu baca buku maupun topik sosial yang di bahas dengan jelas.
  • Sulit Membuat Keputusan – Proses ambil keputusan mudah sekali pun, entah pada saat pilih menu makan atau tentukan rute perjalanan.
  • Ingatan Kerja Terganggu – Kemampuan dalam kelola informasi pada waktu singkat, dari mengingat intruksi dan langkah-langkah kerja. Daya ingat menjadi sangat lemah hingga mengacau fungsi ingatan dengan cara menyeluruh.

Penyebab F20 Skizofrenia

Sampai hari ini, ilmuwan masih mencari tahu lebih dalam, meski belum tahu penyebab pasti tentang psikologis F20 skizofrenia. Namun, ada sedikit faktor penting sebagai pemicu, para ilmuwan terus lakukan penelitian untuk pahami interaksi rumit antar genetika maupun lingkungan. Tak ada satu pun penyebab tunggal, tapi kombinasi dari macam-macam aspek biologis maupun sosial main peran cukup penting. Maka dari itu, dengan pemahaman cukup dalam tentang F20, diharapkan mampu buka jalan untuk metode pencegahan lebih efektif di masa depan.

1. Genetik

Jika salah satu orang tua mengidap skizofrenia, resiko anak untuk alami gangguan mental serupa juga meningkat sangat tinggi. Faktor genetik main peran cukup penting, namun bukan satu-satu-nya pemicu hal utama dalam biologis skizofrenia.

2. Kimia Otak

Dopamin di otak sering dikaitkan dengan munculnya ciri psikotik, yaitu ciri halusinasi maupun delusi pada setiap pasien. Akibat dari ketidakseimbangan zat kimia pada otak, menciptakan gangguan komunikasi antar sel saraf. Hingga akhirnya menimbulkan dampak besar bagi kemampuan berfikir para penderita.

3. Lingkungan

Stres cukup berat atau kejadian traumatis, baik itu kehilangan orang tercinta, kekerasan, atau tekanan hidup berkepanjangan. Hal-hal ini dapat menimbulkan ciri-ciri skizorenia, khusus-nya pada seseorang yang memiliki genetik rentan. Selain itu, paparan virus atau malnutrisi saat dalam kandungan, pertumbuhan otak janin akibat kurang gizi selama hamil. Dikaitkan dengan peningkatan risiko skizofrenia, sebab bisa mempengaruhi sistem saraf pusat.

4. Penggunaan Obat-Obat-an

Penggunaan zat berbahaya seperti LSD dapat memicu gejala F20, obat-obat-an ini merubah aktivitas kimia pada otak. Memperparah psikotik, halusinasi dan delusi, bahkan sampai mempercepat munculnya skizofrenia.

Pendekatan Psikologis F20 Skizofrenia, Penanganan Tepat

Meski F20 masuk dalam kategori medis, namun tetap ada peluang supaya pulih, dari pendekatan psikologis. Cara-cara dibawah ini miliki peran besar demi tingkatkan kualtias hidup pasien. Serta menjadikan mental pasien lebih kuat, terapi psikologis mampu menurunkan tingkat keparahan dari penyakit mental. Tambah lagi bisa membantu memperbaiki ikatan sosial si pasien.

1. Psikoterapi

  • CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

Membantu pasien atasi delusi maupun halusinasi, terapi yang sangat membantu seseorang untuk bedakan mana pikiran nyata dan tidak. CBT test yang dapat melatih pasien agar bisa kembangkan pola pikir lebih sehat juga sangat baik.

  • Terapi Sosial

Membekali penderita dengan edukasi sosial juga mendukung pasien, memahami keadaan F20 dengan cara ilmiah. Hingga mampu menghadirkan tempat-tempat aman, suportif, dan intervensi juga dapat turunkan tingkat kekambuhannya.

2. Psikoedukasi

Pasien harus diberi pemahaman tentang keadaan untuk peningkatan dukungan sosial. Edukasi mencakup penjelasan tentang gejala, proses penyembuhan, serta cara hadapi krisis psikologis. Hal ini juga akan membantu pasien untuk kenali tanda-tanda awal dalam cara menangani secara mandiri.

3. Rehabilitasi Psikososial

Program ini dirancang untuk meningkatkan rasa percaya diri, dukungan dari mentor maupun konselor berperan sangat penting dalam menumbuhkan kembali semangat hidup pasien.

Diagnosis F20 Skizofrenia

F20 diagnosis adalah kode medis untuk skizofrenia, sesuai dengan yang tercantum di ICD-10. Biasa sih, psikiater akan tentuin diagnosis pakai cara ngobrol cukup dalam, amatin tingkah laku, lalu tes psikologis. Setiap proses ini dilakukan, apa bila ciri-ciri penyakit mental muncul pada waktu minimal 6 bulan. Bisa juga dapat saat ikatan sosial terganggu, evaluasi ini penting banget agar tidak keliru pada gangguan mental lain yang ada gejala hampir mirip.

Motif F20 Skizofrenia

Skizofrenia, kode medis F20 adalah gangguan mental kompleks yang menuntut pemahaman menyeluruh dari sisi medis. Diagnosis tidak menjadi vonis akhir, namun sebuah titik awal menuju pemulihan lebih baik. Berkat pendekatan komprehensif, mulai dari pengobatan medis hingga dukungan orang-orang tercinta, pasien skizofrenia punya potensi besar untuk menjalani hidup lebih baik. Mari kita hapus stigma, dan beri ruang bagi pasien untuk sembuh dan tumbuh, sebab gangguan mental adalah bagian dari kesehatan.